Suku Toraja – Suku yang terletak di pegunungan wilayah Sulawesi Utara di Selatan. Populasi dapat diperkirakan kira-kira dalam 1 juta, dimana kira-kira 500.000 masih tinggal di wilayah provinsi Tana Toraja.
Sebelum abad ke-20, orang Toraja mempunyai sedikit gagasan tentang diri mereka bagi kelompok etnis. Komunitas Toraja telah mengalami perubahan budaya sejak 1990-an.
Dalam pembahasan yang akan kami sampaikan mengenai Suku Teroja, beserta asal usulnya. Untuk ulasan selengkapnya, yuk… Simak penjelasan sebagai berikut.
Apa itu Suku Teroja ?
Suku Toraja merupakan sebuah suku yang telah menetap di pegunungan di utara bagian selatan Sulawesi, dan diperkirakan memiliki populasi kira-kira 1 juta orang. Sekitar 500.000 dari mereka masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Toraja Utara.
Kata toraja yakni berasal dari sebuah bahasa Bugis dan memiliki arti “orang yang hidup di atasnya di negara”. Dalam sebuah pemerintah kolonial Belanda dapat menyebut dalam sebuah suku tersebut yakni dalam tahun 1909.
Toraja terkenal dengan upacara pemakaman, rumah-rumah tradisional Tongkonan, dan sebuah ukiran kayu. Ritual dalam pemakaman Toraja adalah sebuah acara sosial penting yang biasanya melibatkan ratusan orang dan berlangsung selama dalam beberapa hari.
Komunitas Toraja telah mengalami perubahan budaya sejak tahun 1990-an, dari kalangan masyarakat tradisional dan pertanian menjadi komunitas yang didominasi Kristen berdasarkan pada sektor dalam sebuah pariwisata yang terus berkembang.
Asal Mula Teroja
Sebelum dalam abad ke-20, orang Toraja mempunyai sedikit gagasan tentang diri mereka sebagai kelompok etnis. Sebelum kolonialisme dan Kekristenan Belanda, orang Toraja yang tinggal di dataran tinggi diidentifikasi oleh desa mereka dan tidak mempertimbangkan kelompok sama.
Meskipun dalam ritual dapat membangun terhadap hubungan antar desa, ada berbagai dialek, hierarki sosial dan praktik ritual yang berbeda di dataran tinggi Sulawesi. “Toraja” (dari bahasa pesisir ke “orang” dan “Riaja”, dataran tinggi) pertama kali digunakan sebagai istilah untuk penduduk dataran rendah untuk dataran tinggi.
Akibatnya, “Toraja” awalnya mempunyai lebih banyak hubungan dalam sebuah perdagangan terhadap orang luar, misalnya dalam suku Makassar, Bugis, dan Mandar yang mendiami sebagian besar dataran rendah di Sulawesi dapat dibandingkan dengan terdapat sesama suku di dataran tinggi.
Kehadiran dalam sebuah misionaris Belanda di dataran tinggi Toraja memicu kesadaran etnis Toraja di bagian Sa’dan Toraja, dan adanya sebuah identitas bersama ini tumbuh seiring dengan berkembangnya dalam pariwisata di wilayah Tana Toraja.
Sejak itu, dalam wilayah Sulawesi Selatan mempunyai empat kelompok etnis utama, dalam sebuah suku Mandar (pelaut, pedagang, dan pembuat kapal), suku Bugis (termasuk pelaut dan dalam pembuat kapal), suku Toraja (petani di bagian dataran tinggi), dan suku Makassar (pedagang dan pelaut).
Kebudayaan Toraja
Dalam suku ini, yakni memiliki sebuah kebudayaan diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Tongkonan
Tongkonan merupakan sebuah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas suatu tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran hitam, merah, dan kuning. Kata “Tongkonan” yakni telah berasal dari sebuah bahasa Toraja, Tongkon (“Duduk”).
Tongkonan termasuk dalam pusat sebuah kehidupan sosial di Toraja. Ritual yang dapat berhubungan terhadap Tongkonan sangat penting bagi kehidupan spiritual orang Toraja. Karena itu, dalam semua anggota keluarga yakni harus ikut berpartisipasi karena mereka telah melambangkan terhadap hubungan mereka dengan leluhur tersebut.
b. Ukiran Kayu
Bahasa Toraja hanya dapat diucapkan dan tidak mempunyai dalam sebuah sistem penulisan. Sebagai menunjukkan dalam sebuah konsep sosial dan agama mereka, orang Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya “tulisan” dan “Passura”. Dalam ukiran kayu adalah adanya sebuah perwujudan dari budaya Toraja tersebut.
Dalam setiap ukiran mempunyai sebuah nama khusus. Motif biasanya terdapat pada suatu tanaman dan hewan yang melambangkan dalam kebajikan, misalnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan berudu yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri menunjukkan contoh ukiran kayu Toraja, yang terdiri dari sekitar 15 panel persegi.
c. Upacara pemakaman
Di komunitas Toraja, dalam sebuah upacara pemakaman (Rambu Solo) adalah suatu ritual yang paling penting dan sangat mahal. Semakin kaya dan lebih kuat seseorang, semakin mahal layanan pemakamannya.
Dalam sebuah agama Aluk, hanya keluarga terhadap bangsawan yang berhak mengadakan dalam sebuah upacara berkabung besar. Pemakaman kerajaan biasanya dihadiri dengan ratusan orang dan berlangsung dengan selama beberapa hari berturut-turut.
d. Musik dan Tarian
Suku Toraja menari di berbagai sebuah acara, terutama pada upacara pemakaman. Mereka menari untuk menunjukkan kesedihan dan untuk menghormati dan mendorong semangat almarhum karena roh akan memiliki perjalanan panjang ke akhirat.
Pertama-tama, sekelompok pria dapat membentuk terhadap lingkaran dan menyanyikan sebuah lagu sepanjang malam sebagai menghormati almarhum (ritual ini disebut sebagai Ma’badong). Ritual ini dianggap dalam bagian terpenting dari sebuah upacara pemakaman tersebut.
Baca Juga :
- Siklus Hidrologi: Pengertian, Komponen, Proses & Penjelasannya
- Pengertian Penilaian Menurut Para Ahli dan Penjelasan Lengkap
- Fungsi Laten Lembaga Agama: Pengertian, Contoh & Ciri-Ciri
- Bentuk Permukaan Bumi : Relief Daratan dan Relief Dasar Laut
- Proses Meiosis: Pengertian, Ciri-Ciri beserta Tahap-Tahapnya
Demikian pembahasan yang telah kami sampaikan yakni mengenai Suku Toraja beserta asal usul, beserta kebudayaan suku. Semoga ulasan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semua.