Pengertian Devaluasi: Tujuan, Faktor, Dampak dan Contohnya

Netter.co.id – Dalam pembahasan kali ini, kita akan membahas Devaluasi. Dimana diantaranya mengenai pengertian devaluasi, tujuan, faktor, dampak dan contoh dari devaluasi. Langsung saja berikut ini adalah pengertian tentang devaluasi yang harus Anda ketahui.

Pengertian Devaluasi

Pengertian Devaluasi

Pengertian Devaluasi adalah bentuk kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi nilai mata uang lokal suatu negara terhadap nilai mata uang asing.

Singkatnya, pengertian devaluasi adalah suatu kondisi di mana mata uang lokal memiliki nilai tukar atau harga yang semakin murah secara internasional.

Keadaan devaluasi ini sangat berpengaruh pada ekonomi suatu negara, terutama dalam kegiatan perdagangan internasional.

Sejarah Singkat Devaluasi

Pengertian Devaluasi adalah istilah yang terkait dengan penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. Jika ini terjadi, pemerintah biasanya melakukan intervensi sehingga nilai mata uang domestik tetap stabil.

Pertama kali, itu terjadi pada era Soekarno. Melalui Menteri Keuangan Syafrudin Prawiranegara (Masyumi, Hatta RIS Cabinet).

Pada 30 Maret 1950 devaluasi dilakukan bahkan secara ekstrem dengan memotong uang kertas senilai Rp5 ke atas sehingga nilainya berkurang setengahnya. Tindakan ini dikenal sebagai “Gunting Syafrudin”.

Kemudian yang kedua, masih di bawah pemerintahan Soekarno, terjadi pada 24 Agustus 1959. Melalui Menteri Keuangan yang bersamaan dengan Menteri Pertama Djuanda, nilai mata uang Rp. 1.000 melahirkan gajah dikurangi menjadi Rp. 50.

Pada saat itu, pemerintah juga menangguhkan semua simpanan di bank melebihi jumlah Rp. 25.000.

1966, ketika Negara Sekutu mengembargo Indonesia karena Sukarno menentang pembentukan negara boneka (Malaysia) di kawasan Asia Tenggara oleh Inggris dan Amerika, devaluasi kembali dilakukan.

Waperdam III Chairul Saleh terpaksa mengganti uang lama Rp 1.000 dengan uang baru senilai Rp. 1 yang akibatnya adalah inflasi hingga 650%.

Baca Juga :  Pengertian Produk Domestik Bruto: Sejarah, Fungsi, Jenis, Rumus

Puncaknya, Supersemar dikeluarkan, dan semakin menegaskan konfrontasi Suharto sejak menolak dipanggil ke Halim oleh Panglima Tertinggi pada 1 Oktober 1965.

Selama masa pemerintahan Soeharto walaupun Soeharto selalu memberikan pidato tidak ada devaluasi.

Devaluasi terjadi bahkan empat kali, dua kali melalui Menteri Keuangan Ali Wardhana (21 Agustus 1971 dan 15 November 1978), dan dua kali melalui Radius Prawiro (30 Maret 1983 dan 12 September 1986).

Ketika devaluasi keempat pada 12 September 1986, jumlahnya adalah 47%, dari Rp 1.134 menjadi Rp 1.664 per 1 dolar AS.

Tujuan Devaluasi Mata Uang

Setelah memahami arti devaluasi, tentu saja kita juga perlu tahu apa tujuannya. Berikut adalah beberapa tujuan kebijakan devaluasi yang dilakukan oleh pemerintah:

  • Untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi jumlah impor. Ini diharapkan untuk meningkatkan Neraca Pembayaran.
  • Untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri. Ini bisa dicapai jika barang impor lebih mahal dari barang lokal.
  • Pencapaian keseimbangan Neraca Pembayaran, sehingga nilai tukar mata uang asing menjadi relatif stabil.

Faktor Penyebab Devaluasi

Sebagaimana telah dibahas secara singkat berkenaan dengan definisi devaluasi di atas, bahwa situasi ini akan menyebabkan nilai tukar mata uang lokal menjadi lebih kecil.

Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi ekonomi nasional dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Devaluasi itu sendiri cukup dipengaruhi dengan perilaku masyarakat yang mana kaktifitas impor merupakan faktor utama.

Tingginya volume impor barang dari luar negeri, terutama jika tidak diimbangi dengan kegiatan ekspor yang cukup akan mengakibatkan meningkatnya permintaan untuk konversi mata uang lokal ke mata uang asing, dari rupiah ke dolar, misalnya.

Jika permintaan lebih tinggi, kurs beli dolar akan naik dan nilai rupiah akan turun, yang juga akan mempengaruhi inflasi.

Oleh karena itu, kebijakan devaluasi diberlakukan oleh pemerintah selaku upaya penanggulangan untuk bisa menstabilkan ekonomi suatu negara. Singkatnya, berikut ini adalah penyebab devaluasi mata uang:

  • Kegiatan impor tinggi (staples, elektronik, dan kebutuhan lain)
  • Ekspor hanya untuk biota makanan dan laut
  • Tingginya tingkat pengangguran di suatu negara

Dampak Devaluasi pada Ekspor-Impor

Perdagangan internasional adalah bidang yang memiliki hubungan paling dekat dengan nilai mata uang. Penurunan atau kenaikan nilai mata uang suatu negara akan berdampak pada volume ekspor-impor. Dampak devaluasi pada bisnis ekspor dan impor, yaitu:

Baca Juga :  Pengertian Pajak: Ciri-ciri, Perspektif, Jenis, Fungsi & Manfaatnya

1. Mengurangi Volume Impor

Devaluasi menyebabkan harga barang asing menjadi lebih mahal sehingga orang akan lebih sulit dan terbebani untuk membelinya. Ini secara bertahap akan mengubah pola pikir orang untuk membeli barang di dalam negeri sehingga volume impor berkurang.

Di sisi lain, penggunaan barang-barang lokal akan meningkat yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan per kapita suatu negara.

2. Barang Lokal Semakin Bersaing

Kondisi devaluasi dapat menjadi batu loncatan bagi pengusaha lokal untuk bersaing di pasar internasional. Barang lokal yang ditawarkan kepada komunitas asing akan semakin beragam.

Bahkan harga barang lokal yang dianggap murah di luar negeri mengubah pola pikir orang asing sehingga mereka lebih memilih barang impor murah daripada barang lokal mereka yang cenderung lebih mahal.

Selain itu, situasi ini juga akan menyebabkan pengusaha lokal di luar negeri menurunkan harga.

3. Peningkatan Volume Ekspor

Jika nilai mata uang lokal rendah di dunia internasional, harga barang lokal juga akan dianggap murah oleh warga negara asing. Ini akan mendorong permintaan barang oleh komunitas asing sehingga volume ekspor dapat meningkat.

Peningkatan ekspor dapat meningkatkan jumlah sirkulasi mata uang asing seperti dolar di suatu negara sehingga dapat meningkatkan posisi BOP (neraca pembayaran) dan BOT (neraca perdagangan).

4. Peningkatan Valuta Asing

Ketidakseimbangan dalam kegiatan ekspor-impor di mana volume ekspor lebih tinggi dari volume impor akan menguntungkan dalam perdagangan internasional sehingga cadangan devisa meningkat.

Cadangan devisa dapat digunakan untuk mengembangkan dan mendirikan perusahaan yang dapat menyediakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.

Contoh Devaluasi di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah melakukan kebijakan devaluasi mata uang beberapa kali. Seperti dijelaskan di atas, devaluasi dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menstabilkan perekonomian negara.

Namun, harap dicatat bahwa kondisi ini juga memiliki dampak negatif dalam jangka pendek seperti kenaikan harga barang-barang lokal karena meningkatnya permintaan.

Selain itu, warga lokal yang memiliki hutang di luar negeri bisa meningkat kualitasnya. Berikut iyalah beberapa dari contoh devaluasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia:

Baca Juga :  Pengertian Investasi Jangka Panjang: Bentuk, Jenis & Contohnya

1. Kebijakan Devaluasi Pada 30 Maret 1950

Pemerintahan Presiden Sukarno, melalui Menteri Keuangan Syafrudin Prawiranegara (Masyumi, Hatta RIS Cabinet) pada 30 Maret 1950, melakukan devaluasi dengan memotong uang.

Syafrudin Prawiranegara memotong uang kertas senilai Rp. 5 ke atas, sehingga nilainya berkurang setengahnya. Tindakan ini dikenal sebagai “Gunting Syafrudin”.

2. Kebijakan Devaluasi 21 Agustus 1971

Pada masa pemerintahan Presiden Suharto (Orde Baru) melalui Menteri Keuangan Ali Wardhana. Pada 15 Agustus 1971, AS harus berhenti menukar dolar dengan emas.

Presiden Nixon khawatir tentang menipisnya cadangan emas AS jika dolar dibiarkan terus ditukar dengan emas, sementara nilai pada saat itu US $ 34,00 mampu membeli 1 emas emas.

Suharto tidak dapat melepaskan diri dari dampak terobosan Nixon dan Indonesia mendevaluasi Rupiah pada 21 Agustus 1971 dari Rp. 378 hingga Rp. 415 per 1 US $.

3. Kebijakan Devaluasi 15 November 1978

Masa pemerintahan Presiden Suharto melalui Menteri Keuangan Ali Wardhana.

Meskipun Indonesia ditopang oleh kenaikan harga minyak akibat Perang Arab-Israel tahun 1973, Pertamina hampir bangkrut dengan utang US $ 10 miliar dan Ibnu Sutowo dipecat pada tahun 1976.

Tidak dapat dihindari bahwa devaluasi kedua oleh Soeharto pada November 15, 1978 dari Rp. 415 hingga Rp. 625 per 1 US $.

4. Kebijakan Devaluasi Pada 24 Agustus 1959

Pemerintahan Presiden Sukarno melalui Menteri Keuangan yang bersamaan dengan Menteri Pertama Djuanda mengurangi nilai mata uang Rp. 10.000 dengan gambar gajah dan Rp. 5.000 dengan gambar seekor harimau, diturunkan menjadi hanya Rp100 dan Rp50.

5. Kebijakan Devaluasi 30 Maret 1983

Pemerintahan Presiden Suharto melalui Menteri Keuangan Radius Prawiro. Pada saat itu Menteri Keuangan Radius Prawiro mendevaluasi rupiah 48% hampir sama dengan memotong nilainya menjadi setengah. Nilai tukar 1 dolar AS naik dari Rp. 702.50 hingga Rp. 970.

Penutup

Demikianlah Pelajaran tentang Pengertian Devaluasi: Tujuan, Faktor, Dampak dan Contohnya, yang dapat kami sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi anda semua. Terima kasih telah belajar dengan kami dan sampai berjumpa di artikel kami selanjutnya.

Baca Juga: