KRL Palmerah : Gas Air Mata & Bom Molotov Masuk ke Rel KRL Palmerah

KRL Palmerah

Netter.co.id – Kericuhan terjadi di dekat Stasiun Palmerah, gas air mata dan bom molotov masuk ke rel KRL Palmerah hingga ganggu perjalanan kereta. Simak kronologi lengkapnya.

Kericuhan aksi demonstrasi di kawasan Palmerah, Jakarta Pusat, kembali memicu gangguan transportasi publik. Insiden terjadi ketika gas air mata yang ditembakkan aparat dan bom molotov yang dilempar massa mengenai area rel Kereta Rel Listrik (KRL) di sekitar Stasiun Palmerah. Kejadian ini menimbulkan kepanikan penumpang dan sempat mengganggu jadwal perjalanan kereta.

Kronologi Kejadian

Kericuhan berawal dari aksi demonstrasi yang digelar di sekitar gedung DPR RI. Situasi memanas ketika massa mulai melemparkan benda ke arah aparat keamanan. Aparat pun merespons dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Namun, arah tembakan gas air mata terbawa angin dan masuk ke area rel KRL Palmerah yang berdekatan dengan lokasi kericuhan. Di saat yang sama, beberapa massa juga melemparkan bom molotov, yang kemudian jatuh ke dekat jalur rel. Kondisi ini menimbulkan asap tebal dan membuat suasana di stasiun menjadi kacau.

Dampak terhadap Perjalanan KRL Palmerah

Asap gas air mata yang memasuki jalur rel membuat sebagian penumpang yang sedang menunggu di peron panik. Petugas stasiun sempat meminta penumpang untuk menjauh dari peron demi alasan keselamatan.

Perjalanan KRL Palmerah di lintas Tanah Abang–Serpong juga mengalami keterlambatan karena masinis harus memastikan jalur aman sebelum melanjutkan perjalanan. Meskipun tidak ada kerusakan serius pada rel, insiden ini menyebabkan gangguan operasional selama beberapa jam.

Reaksi Penumpang

Banyak penumpang yang mengeluhkan kondisi tersebut. Mereka tidak hanya terganggu karena perjalanan terlambat, tetapi juga merasakan sesak napas akibat paparan gas air mata. Beberapa penumpang bahkan terpaksa meninggalkan stasiun untuk menghindari dampak lebih parah.

Seorang saksi mata menyebutkan, suasana mencekam terjadi ketika bom molotov meledak di dekat jalur KRL Palmerah. Api sempat terlihat menyala, namun berhasil dipadamkan petugas keamanan stasiun sebelum menyebar lebih luas.

Tindakan Aparat dan Petugas KRL

Petugas stasiun bersama aparat keamanan segera melakukan evakuasi darurat. Area rel diperiksa untuk memastikan tidak ada benda berbahaya yang tertinggal. Pemadam kebakaran juga dikerahkan untuk mengantisipasi kemungkinan api menjalar.

Aparat kepolisian menyatakan bahwa penggunaan gas air mata dilakukan untuk mengendalikan massa, namun tidak ditujukan ke arah rel. Sementara itu, pelemparan bom molotov masih dalam penyelidikan untuk mengidentifikasi pelaku.

Kekhawatiran Keselamatan Publik

Insiden ini memunculkan kekhawatiran serius terkait keselamatan transportasi publik di tengah kericuhan demonstrasi. Rel kereta yang menjadi jalur vital transportasi commuter seharusnya steril dari segala bentuk gangguan, apalagi yang berhubungan dengan bahan peledak maupun gas berbahaya.

Pakar transportasi mengingatkan, jika bom molotov atau api mengenai peralatan listrik di rel, dampaknya bisa berbahaya, termasuk potensi gangguan arus listrik atau kebakaran besar.

Tanggapan Masyarakat

Masyarakat menilai insiden ini sebagai cerminan kurangnya pengamanan ekstra di sekitar fasilitas vital negara. Banyak pihak menuntut agar aparat lebih hati-hati dalam mengendalikan demonstrasi di dekat jalur transportasi publik.

Selain itu, demonstran juga diingatkan agar tidak melakukan aksi yang membahayakan keselamatan umum, karena dampaknya bisa jauh lebih luas dan merugikan masyarakat.

Kesimpulan

Peristiwa gas air mata dan bom molotov masuk ke rel KRL dekat Stasiun Palmerah menjadi pengingat penting tentang kerentanan transportasi publik saat terjadi kericuhan. Insiden ini bukan hanya mengganggu perjalanan ribuan penumpang, tetapi juga menimbulkan risiko keselamatan yang besar.

Diperlukan koordinasi lebih baik antara aparat, operator KRL, dan pihak keamanan untuk memastikan jalur vital transportasi tetap aman dalam kondisi apa pun. Di sisi lain, demonstran juga dituntut untuk menjaga aksi tetap damai tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat luas.