Netter.co.id – Korban tewas Gaza tembus 64.300 jiwa. Warga menghadapi kelaparan massal di tengah blokade dan kekerasan yang terus berlangsung.
Konflik yang terus berkecamuk antara Israel dan Hamas telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Gaza. Hingga awal September 2025, data resmi melaporkan bahwa lebih dari 64.000 warga Palestina telah tewas dalam konflik ini. Bersamaan dengan tragedi manusia korban tewas Gaza tersebut, sektor pangan juga diperkirakan menghadapi kondisi yang memburuk, bahkan menuju kelaparan massal yang mengkhawatirkan.
1. Korban Tewas Gaza yang Mengerikan
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola oleh pemerintah lokal, jumlah korban tewas Gaza telah mencapai lebih dari 64.231 jiwa. Data ini diperkuat oleh beberapa sumber internasional yang menyatakan angka tersebut cukup akurat dan menandai salah satu konflik paling mematikan di abad ke-21.
Sebagian besar korban tewas Gaza City, khususnya dalam serangan udara yang intens dan penembakan langsung. Di antaranya, termasuk malam lalu terjadi 28 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dalam insiden serangan terhadap area yang sedang mengalami kelaparan.
2. Dana Tangisan: Gaza Dilanda Kelaparan Massal
Laporan dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menunjukkan bahwa 514.000 penduduk Gaza mengalami kelaparan parah (fase kelaparan [Phase 5]), dan jumlah ini mungkin mencakup wilayah lain seperti Deir al-Balah dan Khan Younis. Situasi ini menandai kelaparan pertama yang tercatat di luar Afrika.
UN, lembaga kemanusiaan global, menyebut kondisi ini sebagai “bencana buatan manusia”. Faktor utama yang menyebabkan krisis ini adalah blokade ketat yang membatasi masuknya makanan dan bantuan dasar, serta penghancuran sistem produksi pangan seperti toko roti, fasilitas pertanian, dan infrastrukturnya.
3. Displacement, Kelaparan, dan Konflik Berkepanjangan
Ribuan warga telah dilumpuhkan akibat protes, gempuran darat, dan evacuasi massif dari Gaza City ke daerah-daerah seperti Khan Younis. Hambatan akses ke bantuan pangan dan lokasi distribusi membuat suasana semakin kacau.
Pemutusan akses listrik dan air, serta kerusakan fasilitas seperti rumah sakit, semakin memperparah dampak kelaparan termasuk munculnya wabah penyakit dan malnutrisi massal.
4. Dampak Jangka Panjang terhadap Kemanusiaan
Kelaparan tidak hanya mengurangi hidup, tetapi juga merusak generasi mendatang. Anak-anak yang kekurangan gizi akut mungkin mengalami masalah kesehatan permanen, gangguan perkembangan, dan sistem imun yang lemah.
Tanpa suplai bantuan yang cukup, bahkan mereka yang selamat saat ini tetap menghadapi masa depan suram karena kerusakan lingkungan, infrastruktur, dan hilangnya kapasitas hidup mandiri.
5. Tuntutan Aksi Nyata Internasional
Situasi ini memicu kecaman global. Banyak pihak meminta gencatan senjata segera, akses bantuan tanpa hambatan, dan jaminan keselamatan warga sipil. Sejumlah organisasi internasional menyatakan bahwa penggunaan kelaparan sebagai alat perang merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
Penutup
Korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 64.300 jiwa, sementara ratusan ribu warga menghadapi krisis kelaparan yang parah—sebuah realita kemanusiaan yang mencengkeram wilayah ini. Krisis ini menunjukkan betapa kesedihan kolektif dapat melibatkan kombinasi antara konflik militer dan blokade kemanusiaan.
Kita semua—dunia internasional, lembaga kemanusiaan, serta masyarakat global—diharapkan bertindak cepat dan tegas untuk meringankan penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.