Deddy Sitorus: Bandingkan Kami dengan “Rakyat Jelata”? Itu Sesat Logika

Deddy Sitorus

Netter.co.id – Anggota DPR, Deddy Sitorus, menegur kritikan soal tunjangan, menyebut membandingkan DPR dengan “rakyat jelata” adalah sesat logika—pernyataannya memicu kritik luas.


1. Pernyataan Mengejutkan Deddy Sitorus

Pada acara bincang televisi, politisi PDIP sekaligus Anggota DPR RI, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, menyatakan menolak perbandingan anggota DPR dengan “rakyat jelata” seperti tukang becak atau buruh. Ia menyebut kritik semacam ini sebagai “sesat logika” dan menuntut agar isu ini tidak dipelintir di media.

2. Makanan Publik dan Isu yang Menyertainya

Kejanggalan konteks muncul lewat pertanyaan netral tentang ketimpangan antara tunjangan rumah dinas Anggota DPR dengan beban iuran Tapera yang berdampak pada kalangan pekerja berpenghasilan UMR. Alih-alih menjawab menyeluruh, Deddy memilih meredam perbandingan itu dengan menyebutnya sebagai kesalahan berpikir.

3. Hujatan dan Sindiran dari Publik

Pernyataan tersebut langsung memicu reaksi keras di jagat media sosial. Sejumlah masyarakat hingga aktivis, termasuk musisi dan vokalis Melanie Subono, merespons sindiran pedas melalui video unggahan:

“Iya makasih paaaak. Bapak udah bener bangeeeeet… kami rakyat,” ujar Melanie dalam nada sarkastik, mempertegas bahwa rakyat lelah dibanding‑dibandingkan dengan elite legislatif.

Beberapa komentar warganet juga bernada tajam:

  • “Kami memang berbeda—kami yang bayar pajak buat kalian.”
  • “Kita tidak bisa disama‑samakan karena gaji kami lemah.”

4. Argumen “Sesat Logika” vs Reaksi Publik

Menggunakan istilah “rakyat jelata” dinilai menyudutkan dan memperlebar jurang sosial antara wakil rakyat dan masyarakat. Publik menyoroti bahwa DPR adalah representasi rakyat, bukan kasta terpisah yang memberi legitimasi untuk tidak dipertimbangkan sebagai bagian dari masyarakat umum.

5. Rekaman Jejak Deddy Sitorus

Sebelum insiden ini, Deddy juga dikenal vokal dalam isu lainnya:

  • Mengkritisi pemilihan utama kepala daerah melalui DPRD, yang ia sebut merongrong demokrasi dan kedaulatan rakyat.
  • Menyoroti kelebihan penggunaan anggaran dalam PSU dan menekankan agar rakyat tidak menjadi korban akibat kesalahan penyelenggara

Ini menunjukkan sisi konsistensi yang kontras antara sikap populis dan elit yang terkesan terpisah dari kerumunan rakyat.


Kesimpulan

Pernyataan Deddy Sitorus—”jangan bandingkan kami dengan rakyat jelata, itu sesat logika”—telah menyulut perdebatan tajam di publik. Banyak yang menilainya sebagai sikap yang arogan dan menolak refleksi kritis dari masyarakat. Meski menimbulkan kontroversi hebat, ini juga membuka ruang diskusi penting tentang hubungan wakil rakyat dengan rakyatnya, serta sensitivitas bahasa dan empati yang semestinya dijaga oleh wakil publik.