Netter.co.id – Di tengah krisis iklim dan kebutuhan mempercepat transisi energi, kerja sama energi hijau regional menjadi strategi penting. Negara-negara kini lebih banyak menjalin kolaborasi lintas batas untuk memperkuat ketahanan energi, memperluas akses listrik, dan memaksimalkan potensi energi terbarukan.
Energi Hijau Regional – ASEAN Power Grid (APG): Menghubungkan Energi Terbarukan di Asia Tenggara
Inisiatif ASEAN Power Grid bertujuan mengintegrasikan jaringan listrik antarnegara ASEAN agar bisa membagi kelebihan energi dan memperkuat ketahanan energi regional.
Program ini sudah melahirkan sejumlah interkoneksi bilateral—seperti antara Thailand, Laos, Malaysia, dan Singapura—dengan kapasitas lebih dari 5.200 MW.
Melalui APAEC, ASEAN juga menetapkan target pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi sebagai dukungan ke arah sistem energi yang lebih bersih.
Energi Hijau Regional – Asia-Pasifik: Power Trading Antar-negara Mendukung Stabilitas Energi
ADB mendukung berbagai inisiatif seperti SASEC, GMS, dan CAREC untuk memperkuat integrasi jaringan listrik dan memperluas perdagangan energi di Asia-Pasifik.
Selain itu, ESCAP (UN Economic and Social Commission for Asia and the Pacific) mendorong pengembangan kerangka kerja energi lintas batas untuk menciptakan sistem energi yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Global Grids: OSOWOG dan GGI
Inisiatif global seperti One Sun, One World, One Grid (OSOWOG) dan Green Grids Initiative (GGI) bertujuan membangun jaringan listrik besar dari energi matahari dan angin lintas benua.
GNaratakan;
- Fase pertama: menginterkoneksi Asia Selatan dan Tenggara
- Lalu terhubung dengan jaringan Afrika
- Kemudian menjadi grid global berskala 2.600 GW pada 2050.
Regional Energy Interconnection (RGEI) dan Regulasi Modern
Melalui RGEI, negara-negara anggota Clean Energy Ministerial (CEM) seperti Tiongkok, Korea, Chile, Finlandia, dan UAE bekerja sama dalam mengintegrasikan sistem energi berbasis aturan dan kebijakan yang mendukung transisi energi.
Afrika: Meningkatnya Kolaborasi Energi Terbarukan
Africa Renewable Energy Initiative (AREI) menargetkan kapasitas terbarukan sebesar 300 GW pada 2030—sebagai solusi perubahan iklim dan akses energi bersih.
Sementara di benua ini, AfCFTA membuka peluang investasi infrastruktur energi berskala besar antar negara anggota.
Proyek Kabel Bawah Laut: Hubungan Energi Afrika–Eropa
“North Seas Energy Cooperation” menekankan pembangunan jaringan kabel HVDC di Laut Utara, menghubungkan ladang angin dengan elektrohidro di berbagai negara UE.
Contoh: Kerjasama Yunani dan Mesir membangun kabel bawah laut 3.000 MW sepanjang 1.000 km, membawa energi terbarukan dari Afrika Utara ke Eropa.
Dampak dan Manfaat Utama
- Memperkuat integrasi energi antarnegara
- Memperluas akses energi bersih ke daerah terpencil
- Mendukung target penurunan emisi global
- Mendorong inovasi dan investasi sektor energi
- Memberi ruang kerja dan peningkatan kapasitas SDM regional
Tantangan yang Dihadapi
- Penyesuaian regulasi antarnegara
- Keterbatasan pendanaan skala besar
- Tantangan teknis interkoneksi grid
- Kesenjangan kebijakan nasional antar negara
Kesimpulan
Kerja sama energi hijau regional kini semakin penting sebagai pilar transisi global menuju sistem energi bersih. Dari ASEAN hingga Afrika dan Eropa, sinergi antarnegara membuka jalur baru dalam efisiensi, inovasi, dan ketahanan energi. Dengan komitmen politik dan kolaborasi sektor publik-swasta, semangat energi hijau antarnegara boleh harap menjadi fondasi masa depan berkelanjutan.