Merah Putih One for All Sabet Rating 1,0

Merah Putih One for All

Netter.co.idMerah Putih One for All, film animasi Indonesia, hanya meraih rating 1,0 di IMDb per 19 Agustus 2025, menjadikannya salah satu film dengan penilaian terendah di platform tersebut. Disutradarai Endiarto dan Bintang Takari serta diproduksi Perfiki Kreasindo, film ini tayang di 10 bioskop Cinema XXI sejak 14 Agustus 2025. Untuk itu, rating rendah memicu kritik pedas dari penonton. Selain itu, dugaan penggunaan AI dalam plot dan karakter mencuri perhatian. Dengan demikian, Merah Putih One for All menjadi sorotan negatif. Oleh karena itu, film ini memicu diskusi tentang animasi Indonesia. Akibatnya, reputasi industri perfilman lokal terdampak.

Rating Rendah Merah Putih One for All

Merah Putih One for All mendapat rating 1,0 dari 394 penonton di IMDb, skor terendah dalam skala 1–10. Untuk itu, penonton menilai kualitas animasi buruk. Selain itu, alur cerita dianggap tidak logis. Dengan demikian, film ini gagal memenuhi ekspektasi. Oleh karena itu, ulasan negatif membanjiri platform daring. Akibatnya, film ini mendapat label mengecewakan.

Film petualangan ini, yang mengisahkan delapan anak mencari bendera pusaka jelang 17 Agustus, dianggap kurang autentik. Untuk itu, penonton membandingkannya dengan animasi lokal sukses seperti Jumbo. Selain itu, biaya produksi Rp6,7 miliar dipertanyakan karena hasilnya tidak sepadan. Dengan demikian, kekecewaan publik terasa kuat.

Kritik Pedas dari Penonton

Penonton mengkritik Merah Putih One for All karena kualitas animasi rendah dan kurang emosi. Untuk itu, banyak yang menyebut visualnya kaku dan suara karakter monoton. Selain itu, akting suara dianggap seperti membaca teks tanpa jiwa. Dengan demikian, film ini gagal menggugah perasaan. Oleh karena itu, penonton merasa kecewa. Akibatnya, ulasan negatif menyebar luas di media sosial.

Seorang penonton mengeluhkan animasi yang terasa belum selesai. Untuk itu, gerakan karakter dinilai kaku. Selain itu, editing audio tumpang tindih membuat pengalaman menonton terganggu. Dengan demikian, film ini dianggap tidak layak tayang di bioskop. Penonton juga kecewa karena film bertema kemerdekaan ini gagal menyampaikan pesan nasionalisme dengan kuat.

Dugaan Penggunaan AI dalam Produksi

Dugaan penggunaan AI dalam Merah Putih One for All memicu kontroversi. Untuk itu, penonton mencurigai plot cerita dihasilkan oleh teknologi AI. Selain itu, beberapa karakter diduga diambil dari aset digital tanpa izin. Dengan demikian, orisinalitas film dipertanyakan. Oleh karena itu, komunitas animasi merasa tersinggung. Akibatnya, film ini mendapat label “penghinaan bagi animasi Indonesia.”

Seorang penonton menyayangkan penggantian kreativitas manusia dengan AI. Untuk itu, proses animasi tradisional seperti menggambar dan mendesain dianggap terabaikan. Selain itu, karakter yang mirip aset dari Reallusion Content Store memicu tuduhan plagiarisme. Dengan demikian, kepercayaan terhadap produksi film ini menurun drastis.

Dampak pada Industri Animasi Indonesia

Rating rendah Merah Putih One for All berdampak pada industri animasi Indonesia. Untuk itu, film ini merusak citra animasi lokal yang mulai bangkit melalui karya seperti Jumbo. Selain itu, penonton khawatir standar kualitas menurun. Dengan demikian, kepercayaan terhadap film animasi Indonesia tergerus. Oleh karena itu, produser diminta lebih serius menggarap karya. Akibatnya, industri perfilman lokal menghadapi tantangan besar.

Film ini juga memicu diskusi tentang penggunaan AI dalam perfilman. Untuk itu, banyak yang menilai AI harus mendukung, bukan menggantikan kreativitas. Selain itu, tuduhan pencurian aset menambah tekanan pada Perfiki Kreasindo. Dengan demikian, transparansi produksi menjadi isu penting. Industri animasi Indonesia kini berada di persimpangan untuk membuktikan kualitas.

Pelajaran untuk Masa Depan

Kegagalan Merah Putih One for All menjadi pelajaran berharga. Untuk itu, produser harus fokus pada kualitas animasi dan narasi. Selain itu, orisinalitas harus menjadi prioritas utama. Dengan demikian, film animasi lokal dapat bersaing secara global. Oleh karena itu, kolaborasi dengan animator berpengalaman sangat penting. Akibatnya, industri animasi Indonesia bisa pulih dari kekecewaan ini.