Netter.co.id – Banjarmasin Sasirangan Festival menjadi ajang tahunan yang menampilkan keindahan kain sasirangan dan semangat budaya Banjar dalam nuansa modern.
Pengantar
Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, tidak hanya dikenal sebagai “Kota Seribu Sungai”, tetapi juga sebagai pusat lahirnya kain sasirangan, kain tradisional khas suku Banjar yang penuh filosofi dan warna-warna menawan. Untuk menjaga warisan budaya ini tetap hidup dan relevan dengan zaman, pemerintah daerah dan masyarakat rutin menggelar Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) — sebuah perayaan besar yang menggabungkan unsur budaya, ekonomi kreatif, dan pariwisata.
Festival ini bukan sekadar ajang pameran kain, melainkan simbol dari kreativitas masyarakat Banjar yang terus berkembang tanpa meninggalkan akar budaya. Melalui festival ini, Banjarmasin berupaya memperkenalkan sasirangan ke panggung nasional bahkan internasional, sekaligus menggerakkan sektor ekonomi lokal.
BACA JUGA : Rekomendasi Smartphone Gaming Terbaik untuk Gamer 2025
Sejarah dan Latar Belakang Sasirangan
Banjarmasin Sasirangan Festival berasal dari kata “sirang” yang berarti menjelujur atau menjahit dengan tangan. Proses pembuatan kain ini dilakukan dengan teknik ikat celup tradisional, di mana bagian kain diikat dan dijelujur dengan benang sebelum diberi warna.
Secara historis, sasirangan diyakini telah ada sejak abad ke-16, berawal dari masa Kerajaan Banjar. Dahulu, kain ini digunakan untuk keperluan ritual dan pengobatan tradisional, karena setiap motif dan warna memiliki makna spiritual tertentu. Misalnya, warna kuning dipercaya membawa kesembuhan, merah melambangkan keberanian, dan hijau melambangkan ketenangan batin.
Kini, sasirangan telah berkembang menjadi kain identitas masyarakat Kalimantan Selatan, dan bahkan menjadi ikon budaya nasional Indonesia.
Apa Itu Banjarmasin Sasirangan Festival?
Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) adalah festival tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda). Acara ini pertama kali digelar pada 2017 dan sejak itu menjadi event budaya terbesar di Kalimantan Selatan.
Festival ini biasanya berlangsung selama beberapa hari, menampilkan berbagai kegiatan seperti:
- Parade Fashion Sasirangan, menampilkan kreasi desainer lokal dan nasional.
- Pameran UMKM, menampilkan produk-produk khas Banjar.
- Workshop membatik dan mewarnai kain sasirangan.
- Lomba desain motif sasirangan modern.
- Pertunjukan seni tradisional dan musik etnik Banjar.
Dengan tema yang berbeda setiap tahun, BSF menjadi ajang kolaborasi antara seniman, perajin, pelaku ekonomi kreatif, dan masyarakat umum.
Tujuan dan Filosofi Festival
Tujuan utama penyelenggaraan Banjarmasin Sasirangan Festival adalah menjaga kelestarian kain sasirangan sekaligus memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal ke dunia luar. Lebih dari itu, festival ini juga memiliki filosofi mendalam:
- Pelestarian Budaya Lokal
Sasirangan adalah identitas budaya masyarakat Banjar. Festival ini menjadi upaya nyata untuk memastikan tradisi tersebut tetap diwariskan ke generasi muda. - Mendorong Ekonomi Kreatif
Dengan mengangkat kain sasirangan dalam konteks modern, BSF mendorong perajin lokal dan pelaku UMKM untuk berinovasi dan memasarkan produknya secara luas. - Memperkuat Daya Tarik Pariwisata
BSF telah menjadi kalender wisata nasional, menarik wisatawan dari berbagai daerah untuk datang ke Banjarmasin, menikmati pameran budaya, kuliner, dan keindahan alam kota sungai. - Ajang Kolaborasi dan Kreativitas
Festival ini menjadi ruang kolaborasi antara desainer, seniman, dan komunitas muda untuk menciptakan karya berbasis kearifan lokal yang relevan dengan tren global.
Pesona dan Daya Tarik Banjarmasin Sasirangan Festival
1. Fashion Show Sasirangan di Atas Sungai
Salah satu atraksi paling ikonik dari BSF adalah fashion show di atas sungai Martapura. Model berjalan di atas perahu atau panggung terapung, mengenakan busana sasirangan yang dikemas modern dan elegan. Pemandangan unik ini menjadi simbol perpaduan antara budaya tradisional dan keindahan alam Banjarmasin.
2. Motif dan Warna yang Memukau
Festival ini menampilkan ratusan motif sasirangan dengan inovasi baru. Para desainer memadukan motif klasik seperti kembang kuning dan ombak sinapur karang dengan gaya kontemporer, sehingga cocok untuk busana kasual maupun formal.
3. Pameran UMKM dan Kuliner Banjar
Selain pameran kain, pengunjung juga dapat menikmati kuliner khas Banjar seperti soto Banjar, ketupat kandangan, dan bingka. Berbagai UMKM juga menjual produk turunan dari sasirangan, seperti tas, sepatu, dan aksesoris, sehingga pengunjung dapat membawa pulang oleh-oleh khas Banjarmasin.
4. Rangkaian Seni dan Musik Tradisional
BSF tidak hanya menampilkan kain, tetapi juga kekayaan budaya Banjar lainnya. Pertunjukan tari tradisional, musik panting, hingga hadrah Banjar turut memeriahkan suasana, menegaskan bahwa sasirangan adalah bagian dari budaya yang hidup.
Dampak Ekonomi dan Sosial Festival
Banjarmasin Sasirangan Festival memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal. Ribuan pengunjung datang setiap tahun, meningkatkan omzet pedagang dan UMKM sekitar.
Pemerintah mencatat bahwa BSF menjadi salah satu event unggulan sektor pariwisata Banjarmasin, dengan peningkatan kunjungan wisatawan mencapai ribuan orang setiap kali digelar.
Selain itu, BSF juga mendorong regenerasi perajin sasirangan muda. Banyak anak muda kini tertarik belajar teknik pewarnaan alami, digital printing berbasis motif tradisional, hingga bisnis fashion etnik. Dengan demikian, festival ini bukan hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga membangun masa depan industri kreatif Banjar.
Sasirangan dalam Tren Global
Menariknya, kain sasirangan kini mulai mendapat perhatian internasional. Melalui BSF, sejumlah desainer Indonesia telah membawa busana berbahan sasirangan ke panggung fashion show di Paris, Tokyo, dan Dubai.
Motif dan teknik pewarnaan alami dari Kalimantan ini menjadi inspirasi baru dalam industri mode dunia yang kini mengutamakan sustainability dan etnik modern. Hal ini membuktikan bahwa kain tradisional Indonesia, termasuk sasirangan, memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global.
Tantangan dan Upaya Pengembangan
Meski festival ini berjalan sukses, ada beberapa tantangan yang dihadapi:
- Produksi sasirangan masih terbatas karena sebagian besar dikerjakan manual.
- Regenerasi perajin perlu terus diperkuat agar teknik tradisional tidak punah.
- Persaingan produk kain modern menuntut inovasi desain dan pemasaran digital yang lebih agresif.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah daerah berkomitmen memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi perajin, memperluas promosi melalui media digital, serta menggandeng desainer muda dalam program Sasirangan Goes Global.
Kesimpulan
Banjarmasin Sasirangan Festival bukan hanya sebuah perayaan budaya, tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi kreatif Kalimantan Selatan. Festival ini berhasil menjembatani masa lalu dan masa kini — menjaga warisan leluhur sambil membuka peluang industri modern.
Melalui BSF, masyarakat Banjar menunjukkan kepada dunia bahwa tradisi bisa menjadi kekuatan ekonomi, dan keindahan kain sasirangan adalah bukti nyata bahwa budaya Indonesia selalu relevan dengan perkembangan zaman.
Jika Anda mencari pengalaman budaya yang otentik, penuh warna, dan sarat makna, maka Banjarmasin Sasirangan Festival adalah destinasi yang wajib Anda kunjungi — di mana setiap jahitan kain bercerita tentang identitas, kebanggaan, dan keindahan Nusantara.
