Partikel Mikroplastik Ditemukan pada Air Hujan di Jakarta

Partikel Mikroplastik

Netter.co.id – Penelitian menunjukkan air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik hingga 15 partikel/m²/hari—ancaman baru polusi atmosfer.

Penelitian terbaru oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap fakta mengejutkan bahwa air hujan di ibu kota Indonesia, Jakarta, mengandung partikel mikroplastik dalam setiap sampel yang diambil. Hasil ini membuka bab baru dalam pemahaman kita tentang polusi plastik: bukan hanya di darat dan laut, tetapi kini juga di atmosfer dan siklus air.

Artikel ini akan membahas secara menyeluruh: apa yang dimaksud Partikel Mikroplastik dalam hujan, bagaimana penemuan di Jakarta dilakukan, sumber-sumbernya, potensi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan, serta langkah-yang perlu diambil ke depan.


BACA JUGA : Mengapa Reaksi Eksoterm Menghasilkan Panas? Penjelasan Lengkap

1. Apa Itu Mikroplastik dan Bagaimana Bisa Masuk ke Hujan?

Partikel Mikroplastik secara umum adalah partikel plastik dengan ukuran sangat kecil (sering di bawah 5 mm), yang dapat berupa serpihan plastik, serat sintetis, atau fragmen lainnya. Dalam konteks hujan, mikroplastik ini terbawa melalui udara—baik dari debu jalan, serpihan ban kendaraan, pembakaran plastik, hingga degradasi sampah plastik terbuka—yang kemudian “terendapkan” dalam proses hujan, disebut fenomena atmospheric deposition.  Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa rata-rata ditemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari di wilayah pesisir Jakarta.

Jenis polimer yang paling sering ditemukan antara lain: poliester (polyester), nilon (nylon), polietilena (PE), polipropilena (PP), dan poli­butadiena (polybutadiene) — yang lazim digunakan dalam pakaian, ban kendaraan, dan kemasan plastik.


2. Hasil Penelitian di Jakarta: Fakta Utama

Beberapa hasil penting dari penelitian yang dilakukan di Jakarta:

  • Partikel Mikroplastik ditemukan dalam semua sampel hujan yang dikumpulkan di berbagai lokasi sejak 2022.
  • Angka rata-rata sekitar 15 partikel/m²/hari di wilayah pantai Jakarta.
  • Sumber Partikel Mikroplastik disebut berasal dari aktivitas manusia: serat sintetis pakaian, debu ban kendaraan, pembakaran plastik, dan sampah plastik terbuka.
  • Penemuan ini dianggap sebagai “alarm” bahwa polusi plastik tak berhenti pada darat atau laut — tetapi telah memasuki atmosfer dan siklus air hujan.

3. Sumber dan Mekanisme Masuknya Mikroplastik ke Hujan

a) Debu Jalan dan Ban Kendaraan

Selama kendaraan beroperasi, ban dan jalan menghasilkan micro-debris termasuk serat ban (polybutadiene) dan serpihan plastik lainnya. Partikel tersebut diangkat ke udara oleh angin atau lalu lintas padat.

b) Serat Sintetis Pakaian dan Tekstil

Setiap pencucian pakaian berbahan sintetis (poliester, nilon) dapat melepaskan serat sangat halus yang kemudian terbawa udara dan berada dalam partikel debu.

c) Pembakaran Plastik dan Sampah Terbuka

Pembakaran terbuka menghasilkan asap yang mengandung fragmen plastik dan residu plastik terbakar − yang kemudian menyebar ke udara dan dapat terkondensasi bersama air hujan.

d) Degradasi Plastik Terbuka

Plastik yang terpapar sinar matahari, hujan, dan unsur lingkungan akan terpecah menjadi fragmen mikro dulu, yang kemudian bisa terangkat ke udara dan berakhir dalam hujan.

Proses ini menunjukkan bahwa lingkaran polusi plastik tidak berhenti di permukaan tanah atau laut, melainkan juga mencakup atmosfer dan siklus air.


4. Potensi Dampak Lingkungan dan Kesehatan

Lingkungan

  • Hujan yang mengandung Partikel Mikroplastik akan menurunkan partikel ke permukaan tanah atau ke sungai dan laut, sehingga plastik mikro bisa masuk ke rantai makanan laut.
  • Ekosistem air tawar dan laut berisiko terpapar mikroplastik yang terbawa dari daratan melalui saluran air hujan.

Kesehatan Manusia

  • Partikel Mikroplastik halus bisa terhirup atau masuk melalui makanan dan air — sehingga membuka potensi risiko seperti stres oksidatif, gangguan hormon, dan kerusakan jaringan.
  • Walaupun penelitian spesifik di manusia masih terbatas, bukti global menunjukkan bahwa keelastisan partikel sangat kecil dapat menembus jaringan tubuh.

Kualitas Air

  • Hujan yang semula dianggap bersih bisa saja mengandung mikroplastik, sehingga kualitas air hujan sebagai bahan baku atau suplai bisa terkena dampak.

5. Respons Pemerintah dan Langkah Mitigasi

Menanggapi temuan ini, pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup menyatakan bahwa masalah plastik di udara dan hujan merupakan tanggung jawab bersama. Mereka mulai melakukan beberapa kebijakan:

  • Memperketat pengelolaan sampah plastik dan mendorong program pengurangan plastik sekali-pakai.
  • Mengintegrasikan pemantauan mikroplastik di udara dan hujan ke dalam sistem data kualitas lingkungan (misalnya platform JEDI) untuk pemantauan berkelanjutan.
  • Mendorong industri tekstil untuk memasang filter pencucian pakaian agar serat sintetis tidak langsung dibuang ke saluran air atau udara.
  • Masyarakat diimbau untuk mengurangi pembakaran sampah plastik, melakukan pemilahan sampah, serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

6. Apa yang Bisa Dilakukan oleh Individu?

Setiap orang bisa berkontribusi dalam mengurangi mikroplastik di lingkungan, antara lain:

  • Pilih pakaian berbahan alami seperti katun atau linen jika memungkinkan — yang mengurangi pelepasan serat sintetis.
  • Tidak membakar sampah plastik secara terbuka — karena pembakaran menghasilkan partikel halus yang mudah terangkat ke udara.
  • Memilah dan mendaur ulang sampah plastik di rumah — agar minim sampah terbuka.
  • Kurangi penggunaan plastik sekali pakai dan pilih alternatif ramah lingkungan.
  • Gunakan perangkat pencuci yang memiliki filter serat (jika tersedia) atau gunakan tas pencuci untuk menangkap serat dari pakaian sintetis.

7. Tantangan dan Langkah Ke Depan

Masih terdapat banyak tantangan yang perlu diatasi agar penanganan mikroplastik di Jakarta bisa berjalan efektif:

  • Teknologi pemantauan mikroplastik di udara, hujan, dan air masih relatif baru dan membutuhkan pengembangan.
  • Pelaporan dan data longitudinal masih terbatas — perlu penelitian jangka panjang untuk mengetahui konsentrasi dan tren mikroplastik secara sistematis.
  • Integrasi kebijakan lintas sektor (industri, tekstil, transportasi, lingkungan) masih harus diperkuat — karena sumber mikroplastik sangat beragam.
  • Edukasi masyarakat harus ditingkatkan agar kesadaran terhadap mikroplastik bukan hanya di laut atau darat, tetapi juga di udara dan hujan.

8. Kesimpulan

Temuan bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik merupakan penyadaran penting bahwa polusi plastik telah menyentuh aspek alam dan kehidupan yang mungkin kita anggap “bersih” seperti hujan.
Dengan rata-rata 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari di wilayah pesisir, tantangan ini tidak bisa dipandang remeh. Langkah mitigasi bersama dari pemerintah, industri, dan publik sangat diperlukan untuk memutus siklus polusi plastik — agar langit, hujan, dan lingkungan kita makin bersih dan sehat.

Kita bisa mulai dari rumah: kurangi sampah plastik, jangan bakar sampah, dan pilih gaya hidup lebih ramah lingkungan. Karena hujan yang kita sambut sebagai berkah ternyata bisa juga membawa partikel plastic yang tak kasat mata — dan kita semua memiliki peran untuk menghentikan siklus tersebut.